UKM Pengembangan Tahfidhul Qur'an

Snake & Ladder Islamic Game : Instrumen dalam Membumikan Al- Qur’an

Ni’matul Fauziyah & Yeni Endiana

UIN Sunan Ampel Surabaya

Tema Pendidikan: Peran Mahasiswa dalam Upaya Membumikan Al-Qur’an

Salah satu peran penting mahasiswa bagi negara dan agama adalah sebagai agent of change.

Yang diharapkan seorang mahasiswa mampu menunjukkan kiprahnya kepada masyarakat untuk berbagi ilmu yang telah ditimba di jenjang universitas.

Hal ini sesuai dengan sabda nabi,

“Sampaikanlah walau satu ayat,”

(HR. Bukhari, 3461)

Sehingga mahasiswa secara tidak sengaja harus menjadi guru bagi orang sekitar.

Langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk andil memberikan perubahan tentunya ke arah yang positif dimulai dari hal kecil. Seperti mengamalkan ilmu yang dimiliki kepada sesama, khususnya anak-anak.

Di samping pelajaran formal anak juga butuh dibekali nilai-nilai agama sesuai dengan ajaran Islam yang berpedoman pada al-Qur’an.

Zaman sekarang, minat belajar anak pada al-Qur’an memerlukan banyak dorongan karena pengaruh smartphone yang semakin canggih dapat mengeksploitasi anak.

Sehingga berpotensi menyebabkan kecanduan game online. Maka dalam hal ini peran mahasiswa untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah mengajarkan al-Quran dengan mengubah metode pengajaran yang lebih menyenangkan.

Karena mahasiswa sebagai “moral force,” yaitu seseorang yang diharapkan dapat menjadi contoh dan penggerak perbaikan moral pada masyarakat.

Lalu bagaimana dan dimana memulai mengajarkan serta mengenalkan al-Quran pada anak?

Sekarang ini sudah banyak tersebar TPQ (Taman Pendidikan Quran) disegala penjuru daerah. Langkah awalnya adalah mahasiswa masuk dalam ranah tersebut dan mengenalkan sebuah metode pembelajaran al-Qur’an yakni bermain sambil belajar.

Di masa sekarang para pengajar al-Qur’an memang sudah banyak menggunakan metode tersebut. Dengan berbagai cara yang dilakukan seperti, bermain rubik sambil muroja’ah hafalan, permainan lempar bola sambil melafalkan surat tertentu, permainan robot elektronik yeng berisi murotal al-Qur’an kemudian anak-anak menirukan, dan lain sebagainya.

Dari berbagai cara yang telah disebutkan, artikel ini menawarkan sebuah permainan ular tangga Islami sebagai instrumen terbaru dikalangan anak-anak dalam belajar al-Qur’an.

Permainan ular tangga Islami termasuk sebuah permainan yang bersifat edukatif. Karena di dalamnya mencakup pengetahuan mengenai nama surat, nomor urut surat, arti surat, jumlah ayat dan tempat diturunkannya surat tersebut.

Sehingga anak-anak tidak hanya menyelesaikan dan asyik dalam permainannya saja, tetapi juga mengenal surat-surat dalam al-Qur’an. Semakin anak sering bermain maka semakin cepat pula menghafal surat-surat dalam al-Qur’an. Adapun teknik dalam permainan ular tangga Islami, sebagai berikut:

Teknik permainan ular tangga Islami

Langkah bermainnya cukup mudah, seperti permainan ular tangga pada umumnya. Hal yang pertama yakni menyiapkan alat bermain, seperti media atau kertas ular tangga yang telah didesain secara khusus.

Lalu satu buah dadu serta empat bidak sebagai alat melangkah. Setelah itu bentuk kelompok yang terdiri dari empat anak. Masing-masing anak tersebut melempar dadu secara bergantian dan menjalankan bidak sesuai angka dadu yang tertera.

Ketika anak berhenti atau sampai pada kotak yang bertuliskan nama surat tertentu, anak diminta untuk membaca keterangan yang tertulis pada kotak tersebut dan membaca atau melafalkan suratnya.

Aspek yang menstimulasi

Aspek yang pertama yakni emosi sosial. Anak dapat mendekatkan hubungan dengan orang-orang disekitarnya. Misalnya hubungan anak dengan orang tua, hubungan anak dengan guru dan hubungan anak dengan teman-temannya.

Aspek yang kedua adalah bahasa. Yang mana aspek ini dapat melatih anak dalam membaca nama-nama surah dan melafalkan ayat-ayat al-Qur’an.

Aspek yang ketiga yaitu kognitif. Anak dapat mengetahui dan menghafalkan nama-nama surat, arti surat, urutan serta jumlah ayat dalam tiap surat al-Qur’an, anak dapat membedakan surat yang turun di kota Mekkah dan Madinah, selain itu anak juga dapat menghitung dan menjalankan bidak pada kotak-kotak yang tersedia.

Aspek yang keempat ialah motorik. Dalam hal ini dapat melatih motorik tangan anak saat menggerakkan bidak dengan benar dan sesuai pada posisinya. Bermain merupakan dunia bagi anak-anak.

Dengan bermain sambil belajar yang direalisasikan melalui permainan ular tangga Islami menjadi daya tarik anak untuk mengenal dan menghafalkan 114 surat dalam al-Qur’an.

Tidak hanya itu, anak juga dapat muroja’ah hafalan. Permainan ini menjadi metode pembelajaran yang fun learning sehingga dapat mengubah mindset atau pandangan anak dan masyarakat.

Bahwa belajar al-Qur’an tidak susah apalagi menjenuhkan tetapi asyik dan menyenangkan. Serta anak bisa lebih bersemangat mengaji dan menghafalkan al-Qur’an.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *